Halloween Costume ideas 2015

Tragedi di Surabaya: Misteri di balik kematian Yohanes Alexander

Sebuah insiden tragis terjadi di Surabaya, Indonesia, di mana Yohanes yang berusia 52 tahun, Alexander Stefanus de Fretes ditemukan tewas di rumahnya di daerah perumahan Rungkut Harapan Indah pada Jumat pagi, 11 April 2025. Yang membuat kasus ini sangat mengganggu adalah bahwa mayatnya ditemukan dengan luka parah, dikelilingi oleh sepuluh anjing hewan peliharaan. Asumsi awal menunjukkan bahwa Yohanes meninggal karena serangan oleh anjingnya sendiri, tetapi penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan urutan peristiwa yang berbeda. [Tribune News]

Detail penemuan

Tubuh Yohanes pertama kali ditemukan oleh saudaranya, Henry de Fretes, yang kembali ke rumah dari kantor ke anjing yang tidak biasa menggonggong dari kamar saudaranya. Ketika Henry memaksa membuka pintu, dia terkejut menemukan tubuh saudaranya dalam kondisi mengerikan - bagian kepalanya dikurangi menjadi tengkorak, dan pergelangan tangan dan jari -jari kanannya hilang. Pemandangan itu bahkan lebih mengganggu ketika anjing -anjing itu terlihat menjilati luka di kepalanya. [Detik News]


Penyebab Klarifikasi Kematian

Meskipun asumsi awal, pemeriksaan medis mengungkapkan bahwa Yohanes tidak mati karena serangan anjing. Menurut laporan otopsi yang dibagikan kepada keluarga, Yohanes benar -benar meninggal pada hari Kamis, 10 April 2025, sekitar jam 9 pagi karena komplikasi dari tuberkulosis (TB), yang telah ia derita selama beberapa waktu. Hewan peliharaannya kemungkinan mulai mengonsumsi bagian -bagian tubuhnya setelah kematiannya, berpotensi karena kelaparan saat mereka terkunci di kamar dengan pemilik almarhum mereka. [Detik News]


Tentang Anjing

Menurut Henry, Yohanes mulai memelihara anjing pada tahun 2019, awalnya hanya dengan empat hewan yang ia klaim disimpan untuk seorang teman. Namun, jumlahnya meningkat dari waktu ke waktu ketika anjing -anjing tersebut direproduksi, akhirnya mencapai sembilan hingga sepuluh anjing. Yohanes dikenal sangat menyukai hewan peliharaannya dan sering tidur dengan mereka di kamarnya. [Kompas]


Proses Evakuasi

Evakuasi sembilan anjing terbukti menantang bagi pihak berwenang. Badan Manajemen Bencana Regional Surabaya (BPBD) bersama dengan komunitas pecinta anjing dan dokter hewan menghabiskan sekitar tiga jam mengeluarkan hewan dari rumah. Kesulitan muncul karena:

  1. Anjing -anjing itu tertekan dan berpotensi trauma
  2. Beberapa adalah perilaku yang liar
  3. Ada kekhawatiran tentang kemungkinan infeksi rabies

Empat anjing besar membutuhkan sedasi sebelum mereka dapat dievakuasi dengan aman, bersama dengan empat anjing berukuran sedang dan satu anjing kecil. Hewan -hewan sementara ditempatkan di bekas fasilitas Puskeswan di daerah Thr Mall di Surabaya. [Kompas]


Aftermath danTanggapan Keluarga

Insiden tragis telah membuat keluarga Yohanes sangat trauma. Henry mengakui bahwa dia dan istrinya tidak dapat kembali ke rumah mereka sejak menemukan mayat saudaranya:


"Saya terganggu dan trauma. Saya belum tidur di rumah selama dua hari. Saya tinggal bersama kerabat saya, dan istri saya sangat terganggu. Trauma itu berasal dari melihat anjing -anjing mengkonsumsi tubuh," jelasnya. [Detik News]


Masa depan anjing

Perwakilan dari komunitas pecinta anjing di Surabaya telah menyatakan bahwa mereka akan merawat anjing dan membantu merehabilitasi mereka dari trauma yang mungkin mereka alami. Seorang aktivis, Djati Purnawati, meminta publik untuk tidak menilai semua anjing berdasarkan kejadian ini:


"Saya berharap publik memahami bahwa tidak semua anjing berperilaku seperti ini. Ketika anjing bertindak seperti ini, pasti ada keadaan yang tidak sepenuhnya kita pahami," katanya. Komunitas berencana untuk mengambil hak asuh hewan pada hari Rabu, 16 April 2025. [Detik News]


Kesimpulan

Kasus tragis ini menyoroti hubungan yang kompleks antara hewan peliharaan dan pemiliknya, serta potensi bahaya ketika pemilik hewan peliharaan yang hidup sendiri menghadapi krisis kesehatan mendadak. Sementara kejutan awal mendorong spekulasi tentang serangan anjing, investigasi mengungkapkan bahwa Yohanes kemungkinan meninggal karena penyakitnya, dengan akibatnya terjadi setelah kematiannya.


Kasus ini berfungsi sebagai pengingat yang suram tentang pentingnya check-in rutin pada orang-orang yang tinggal sendiri, terutama mereka yang memiliki kondisi kesehatan, dan telah memicu diskusi tentang kepemilikan hewan peliharaan yang bertanggung jawab di Indonesia.

Post a Comment

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget